Jumat, 28 Desember 2012

ASAL USUL KOTA TRENGGALEK,trenggalek berteman hati

Trenggalek merupakan
sebuah kabupaten di
sebelah barat daya dari
provinsi Jawa Timur dan
berbatasan langsung
dengan samudera India.
Batas-batas wilayahnya
meliputi : sebelah utara
berbatasan dengan
gunung Wilis, sebelah
timur berbatasan
dengan kabupaten
Tulungagung, sebelah
selatan berbatasan
dengan samudera India
dan sebelah barat
berbatasan dengan
kabupaten Pacitan dan
Ponorogo. Keadaan
alamnya mayoritas
daerah pegunungan dan
mayoritas hutan yang
telah dikelola oleh
Perhutani. Keadaan alam
yang demikian
menyebabkan
pendapatan perkapita
penduduk menjadi
rendah sehingga banyak
warganya yang
merantau. Keadaan alam
yang minus demikian
yang jadi penyebab
dahulu Pemerintah
Belanda sampai berulang
kali memisahkan dan
menggabungkan wilayah
Trenggalek dengan
kabupaten di sekitarnya.
Trenggalek terbagi
menjadi 14 Kecamatan
meliputi kecamatan
Trenggalek, Bendungan,
Karangan, Suruh, Tugu,
Pule, Panggul, Dongko,
Munjungan, Kampak,
Watulimo, Gandusari,
Pogalan, Durenan.
Ibukota Pemerintahan
Kabupaten Trenggalek
berada di Kecamatan
Trenggalek.
Sejarah
Dari sejarah
Pemerintahan
Kabupaten Trenggalek,
Kabupaten ini menjadi
daerah otonom sejak
Pemerintahan
Pakubuwono II pada
masa Kerajaan Mataram
Islam sebelum pecah
menjadi 2 Kerajaan yaitu
Surakarta dan
Ngayogyakarta. Bupati
Pertama adalah putra
dari Pakubuwono II yang
bernama Mertodiningrat.
Akibat dari gejolak di
pusat Kerajaan maka
berdasarkan Perjanjian
Gianti (1755)
Trenggalek-pun ikut
terpecah dimana
Trenggalek dengan
wilayah yang sekarang
kecuali Panggul dan
Munjungan masuk
Ponorogo sebagai bagian
dari wilayah Surakarta
dan Panggul serta
Munjungan masuk
Pacitan sebagai bagian
dari wilayah
Ngayogyakarta.
Pada tahun 1812,
dengan berkuasanya
Inggris di Pulau Jawa
(Periode Raffles
1812-1816) Pacitan
(termasuk didalamnya
Panggul dan Munjungan)
berada di bawah
kekuasaan Inggris dan
pada tahun 1916 dengan
berkuasanya lagi
Belanda di Pulau Jawa,
Pacitan diserahkan oleh
Inggris kepada Belanda
termasuk juga Panggul
dan Munjungan.
Pada tahun 1830 setelah
selesainya perang
Diponegoro, wilayah
Kabupaten Trenggalek,
tidak termasuk Panggul
dan Munjungan, yang
semula berada dalam
wilayah kekuasaan
Bupati ponorogo dan
Kasunanan Surakarta
masuk di bawah
kekuasaan Belanda. Dan,
pada jaman itulah
Kabupaten Trenggalek
termasuk Panggul dan
Munjungan memperoleh
bentuknya yang nyata
sebagai wilayah
administrasi
pemerintahan
Kabupaten versi
Pemerintah Hindia
Belanda sampai disaat
dihapuskannya pada
tahun 1923.
Alasan atau
pertimbangan
dihapuskannya
Kabupaten Trenggalek
dari administrasi
Pemerintah Hindia
Belanda pada waktu itu
secara pasti tidak dapat
diketahui. Namun
diperkirakan mungkin
secara ekonomi
Trenggalek tidak
menguntungkan bagi
kepentingan pemerintah
kolonial
Belanda.Wilayahnya
dipecah menjadi dua
bagian, yakni wilayah
kerja Pembantu Bupati di
Panggul masuk
Kabupaten Pacitan dan
selebihnya wilayah
Pembantu Bupati
Trenggalek, Karangan
dan Kampak masuk
wilayah Kabupaten
Tulungagung sampai
dengan pertengahan
tahun 1950.
Dengan terbitnya
Undang-Undang Nomor
12 Tahun 1950,
Trenggalek menemukan
bentuknya kembali
sebagai suatu daerah
Kabupaten di dalam Tata
Administrasi Pemerintah
Republik Indonesia.
Asal Usul Nama
Trenggalek
Dalam Babad, Legenda,
Cerita Rakyat maupun
Sejarah tidak pernah
ada yang menyinggung
asal usul nama
Trenggalek. Cerita
Rakyat yang
berkembang selama ini
hanya mengisahkan
Kepahlawan dari Bupati
Trenggalek Menaksopal
dan Ketampanan Putra
Bupati Trenggalek
sehingga Suminten anak
dari Warok Surogentho
sampai tergila-gila. Ada
salah satu pendapat
yang menjabarkan arti
Trenggalek sebagai
Terang Ing Galih (Terang
di Hati), namun menurut
penulis pendapat ini
tidak mempunyai sisi
Historis apapun dilihat
dari sudut pandang Tata
Bahasa, Sosiologi
maupun Geografi dari
wilayah Trenggalek itu
sendiri. Selama ini hanya
ada satu pedoman untuk
menyingkap asal usul
nama Trenggalek yaitu
makam mantan Bupati/
Tokoh yang bernama
Setono Galek. Namun
tidak ada Catatan atau
Cerita darimana Tokoh
ini berasal dan mengapa
bernama Setono Galek
pun orang Trenggalek
sendiri sepertinya tidak
ada yang tahu arti nama
itu.Dengan pengetahuan
yang terbatas, penulis
mencoba mencari tahu
sebagaimana dalam
tulisan Sejarah Kampak
yang pernah saya tulis.
Yang Pertama dari sudut
Tata Bahasa yang
penulis cari, kata
Trenggalek adalah
gabungan dari 2 (dua)
kata. Yang Pertama
adalah Trengga/Treng
adalah kependekan dari
kata Trenggana dari
bahasa Sansekerta/
Jawa Kuno yang berarti
Bintang/Terang dan
Galek/Lek adalah dari
kata Galekan/Galek juga
dari bahasa Sansekerta/
Jawa Kuno yang berarti
Hilang/Lenyap. Untuk
kata Galek/Galekan itu
sendiri tidak banyak
orang yang tahu karena
kata ini sudah lama tidak
terpakai dalam
khasanah Tata Bahasa
Jawa sehingga sepintas
seperti kata yang asing.
Arti kata ini penulis
dapatkan dari seorang
yang mengerti
kebudayaan Jawa Kuno
karena dalam Kamus
Sansekerta yang
dikarang bapak Purwadi
tidak penulis ketemukan.
Arti kata dari gabungan
2 (dua) kata ini menjadi
Bintang/Terang yang
Hilang/Lenyap. Atau lebih
mudahnya berarti
Bintangnya/Terangnya
Hilang/Lenyap.
Dari arti kata ini penulis
berjalan ke belakang
dalam Historis atau
Sejarah terbentuknya
Kabupaten Trenggalek.
Sejarah telah tertulis,
awal terpecahnya
Kerajaan Mataram Islam
adalah ketika terjadi
Pemberontakan
sehingga Ibukota
Kerajaan di Kartasura
luluh lantak sehingga
Pakubuwono II
menyingkir ke wilayah
Ponorogo dan
sekitarnya termasuk
Trenggalek. Kemudian
atas bantuan Ulama
Besar Ponorogo beserta
santrinya dan warga
Ponorogo,Trenggalek
dan Tulungagung
Kerajaan dapat direbut
kembali. Karena Ibukota
sudah hancur maka
Ibukota dipindahkan ke
Surakarta atau Solo.
Atas rasa terimakasih
terhadap warga
Trenggalek, maka
dibentuk Pemerintahan
tersendiri di Trenggalek
dengan Putra dari
Pakubuwono II sendiri
sebagai Bupati Pertama.
Inilah awal kehancuran
Kerajaan Mataram
karena saudara-saudara
Pakubuwono II termasuk
pamannya sendiri
menyatakan
ketidakpuasannya
karena ternyata
Pakubuwono II semakin
dekat dengan
Pemerintah Hindia
Belanda, sebagai pihak
yang selama ini menjadi
musuh sejak jaman
Sultan Agung. Akhirnya
Kerajaan Mataram
pecah menjadi 4 (empat)
Kerajaan kecila yaitu
Surakarta,Ngayogyakarta,Pakualaman
dan Mangkunegaran.
Uraian Sejarah tadi jika
dihubungkan kata
Trenggalek dan
kedatangan Raja Jawa
ke tanah Trenggalek
mempunyai kaitan yang
erat. Kata Trenggalek
atau daerah Trenggalek
itu adalah Tempat
Terangnya Hilang atau
Lenyapnya Bintang Raja
Jawa sebagai awal
Pembentukan Kadipaten
Trenggalek. Penjabaran
lebih mudahnya arti
Trenggalek adalah
Wahyu Kraton/Wahyu
Raja-raja Jawa Hilang/
Lenyap. Jadi di
Trenggalek-lah
Lenyapnya/Hilangnya
Wahyu Kraton Tanah
Jawa. Dan dimana
Hilangnya Wahyu Kraton
itu sebagaimana Siklus
Sejarah, di situ jugalah
Muncul/Asal Wahyu
Kraton Raja-raja Tanah
Jawa.
Sekarang kita menuju
Jaman Awal
Kemerdekaan Indonesia
dimana Presiden
Sukarno menunjuk
Pahlawan Peta Supriyadi
sebagai Panglima
Angkatan Bersenjata
Indonesia yang Pertama.
Semua orang tahu
Supriyadi sudah lenyap
antara hidup dan mati.
Tetapi mengapa Sukarno
tetap menunjuk
Supriyadi menjadi
Panglima walau
orangnya tidak muncul.
Tentu Sukarno
mempunyai alasan yang
kuat dan mungkin hanya
Sukarno yang tahu
alasannya. Karena
sebenarnya banyak
Pejuang/Tentara didikan
Belanda yang lebih
berpengalaman maupun
didikan Jepang yang
lebih mumpuni. Ternyata
menurut penulis alasan
Sukarno adalah
Supriyadi kelahiran
Trenggalek
sebagaimana tulisan di
atas mungkin menurut
Sukarno, Supriyadi-lah
pada waktu itu
pemegang Wahyu
Keprabon/Kraton Tanah
Jawa. Untuk alasan ini
terasa tidaklah Rasional,
namun menurut
pandangan masyarakat
Jawa hanya orang yang
mempunyai atau
mendapat Wahyu
Keprabon-lah yang
sanggup memimpin
Indonesia sebagaimana
Jawa adalah Setral-nya.
Artinya, hanya orang
yang mendapat Wahyu
Keprabon Tanah Jawa-
lah yang kuat memimpin
Indonesia. Karena
menjadi Pemimpin Dunia
dalam pandangan Jawa
harus juga sanggup
menguasai alam Ghaib
yang selama ini
diidentikkan dengan
Penguasa Laut Selatan.
Dan kebetulan menurut
orang yang mengerti
Ilmu Ghaib Pusat,
Kerajaan Laut Selatan
adalah di Gunung
Kumbokarno Pantai Prigi
di Kecamatan Watulimo
Trenggalek.
Karena Supriyadi tidak
juga muncul akhirnya
Sukarno pada tahun
1950an mengunjungi
Trenggalek sebagai
rangkaian tugas dinas
kenegaraan. Yang jadi
pertanyaan, untuk
urusan apa Presiden
Sukarno sebagai
Presiden Terbesar
Indonesia mau
mengunjungi
Trenggalek. Padahal
daerah ini adalah daerah
minus dan tidaklah
mempunyai kepentingan
yang strategis untuk
urusan kenegaraan.
Mengapa tidak
Tulungagung sebagai
tempat waktu kecil dia
tinggal atau Blitar rumah
dari orangtunya? Dari
tulisan di atas, dapat
ditarik benang merah
tujuan Sukarno adalah
ingin mendapatkan
Wahyu Keprabon untuk
memperkuat
kedudukannya karena
sebagaimana orang tahu
Sukarno adalah orang
yang suka hal-hal yang
berbau Ghaib dan
Budaya Jawa. Ada satu
hal yang lucu,apakah
benar atau salah adalah
waktu penulis masih SD
pernah membaca tulisan
Sukarno kelahiran
Trenggalek. Menurut
kakek penulis yang
menghadiri pidato Bung
Karno di alun-alun
Trenggalek, Sukarno
mengakui sendiri bahwa
dia adalah kelahiran
Trenggalek tepatnya di
belakang Gedung
Bioskop Trenggalek
Teater yang sekarang
sudah tutup. Inilah yang
memperjelas dari arti
kata Trenggalek yang
berarti Terang Hilang
atau Bintang Lenyap
atau Wahyu Hilang.
Yang Kedua arti kata
Trenggalek menurut
Sosio dan Geografis,
Trenggalek adalah
sejenis tumbuhan lama
yang sekarang jarang
ditemukan. Ciri-cirinya
batangnya berwarna
agak kemerahan serta
daun dan batangnya
kecil. Kata dan Nama
Trenggalek adalah
bahasa Jawa Kuno dan
tidak ada duanya di
dunia untuk menamai
tumbuhan tersebut dan
memang jaman dahulu
banyak tumbuh di
daerah Trenggalek.
Nama lain tumbuhan ini
adalah Telaga Sari atau
Telaga Warna.
Tumbuhan ini sebagai
penetralisir zat
Radioaktif. Lalu apa
hubunganya dengan
tumbuh di daerah
Trenggalek? Trenggalek
adalah daerah
perbukitan dan banyak
gunung-gunung kecil
sambung menyambung
melingkari wilayah
Trenggalek. Secara
Geologi pegunungan
Trenggalek adalah
barisan dari Pegunungan
Kapur Selatan dan
bersambung dengan
lereng Gunung Wilis.
Tidak seluruhnya bukit-
bukit tersebut
pegunungan kapur yang
menandakan daerah
Trenggalek adalah
bekas lautan. Banyak
batu-batuan yang
muncul ke permukaan
dan membentuk bukit-
bukit itu. Dalam Ilmu
Geologi dinamakan
Batuan Introsif atau
batuan muda dan karena
proses geologi
terbentuk menjadi
unsur-unsur logam
seperti emas dan
sebagainya. Oleh karena
itulah daerah
Trenggalek kaya akan
bahan tambang namun
dalam intensitas kecil
dan kadang yang masih
muda. Akibat dari Proses
Kimiawi Alam yang masih
berlangsung inilah yang
jadi penyebab Zat-zat
Radioaktif keluar dari
perut bumi sehingga
merusak dan
menghancurkan makhluk
hidup di atasnya. Zat
Radioaktif inilah bagi
orang yang mempelajari
Ilmu Ghaib biasa disebut
makhluk Perusak. Hal ini
menjadi bertambah kuat
mengapa Trenggalek
menjadi Pusat Kekuatan
Penghancur pada Jaman
dahulu. Semisal menurut
orang yang mengerti
Ilmu Ghaib, Dewata
Cengkar yang
dikalahkan Prabu Aji
Saka bertapa dan
berdiam di wilayah
Kamulan Kecamatan
Durenan. Nyai Roro Kidul
yang berunsur
Penghancur juga berada
di Pantai Prigi sebagai
Dayang Ratu Kidul. Dan
alasan Syech Subakir
mendarat pertama kali di
tanah Jawa di Pantai
Prigi. Karena wilayah
Trenggalek masih
diselimuti unsur
Radioaktif sebagai zat
Penghancur Makhluk
Hidup namun juga bisa
jadi Zat yang bisa
dimanfaatkan untuk
kelangsuhan makhluk
hidup. Menjadi masuk
akal jika tumbuhan
Trenggalek/Telaga Sari/
Telaga Warna banyak
tumbuh di wilayah
Trenggalek sebagai
Penyeimbang atau
Penetralisir Zat
Radioaktif. Dari nama
tumbuhan inilah asal
muasal menjadi nama
daerah Trenggalek
khususnya wilayah
Kecamatan Trenggalek.
Orang Jaman dahulu
menamakan suatu
wilayah biasa
menggunakan nama
tumbuhan,hewan,keahlian
penduduk,ciri daerah
dan sebagainya.
Dari uraian di atas ada 2
(dua) pandangan untuk
menentukan asal usul
nama Trenggalek. Dan
semua penulis serahkan
kepada kesimpulan
pembaca. Namun
pendapat inilah masih
entah dan perlu
penyempurnaan karena
penulis juga belum punya
sumber dan pegangan
Historis yang bisa
dipercaya tentang Siapa
dan Sejak Kapan nama
Trenggalek dipakai
untuk menjadi nama
khususnya Kecamatan
Trenggalek. Menurut
catatan sejarah, secara
resmi nama Trenggalek
dipakai semenjak
berdirinya Kadipaten
Trenggalek pada masa
Pemerintahan
Pakubuwobo II. Apakah
sebelumnya sudah
dipakai,penulis tidak
menemukan pada
catatan-catan kuno. Jika
kata Trenggalek itu
adalah merupakan Satu
Kata dan Bukan
gabungan 2 (dua) kata,
besar kemungkinan
bahasa Trenggalek ini
sudah ada sejak Jaman
Majapahit yang masih
kental menggunakan
bahasa-bahasa Jawa
Kuno. Karena pada masa
Islam bahasa-bahas yang
digunakan cenderung
sudah menggunakan
bahasa-bahasa Jawa
Baru. Kemudian siapa
yang pertama kali
memberi nama
Trenggalek? Sesuai
Prasasti atau
Peninggalan Makam
Kuno yang ada,besar
kemungkinan adalah
Setono Galek atau
mungkin dialah Penguasa
Galek yang pertama.
Demikian tulisan ini
penulis buat semata
sebagai penambah
wawasan dan bukti
cinta penulis terhadap
tanah kelahirannya. Ada
kurang lebihnya penulis
sebagai manusia biasa
mohon maaf yang
sebesar-besarnya dan
jika ada tambahan
pendapat untuk
memperkuat pendapat
penulis atau yang tidak
sependapat bisa
berkomentar karena
semua ini adalah ajang
pembelajaran bagi kita
semua. Semoga
bermanfaat bagi kita
semua

Tidak ada komentar:

Posting Komentar